Tetap Terhubung

Contact Form
Edit Template

Pembunuhan Pertama Di Muka Bumi

Di Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 27–31. Menceritakan kasus pembunuhan pertama terjadi di bumi Yaitu Ketika Qabil merenggut nyawa adiknya sendiri Habil.

Namun apa yang menjadi alasan Qabil Membunuh Habil? Untuk menemukan jawabannya, Mari kita bahas bersama-sama.

Banyak riwayat yang berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Nabi Adam dan Hawa memiliki 40 anak. Riwayat lain bahkan mencatat bahwa keduanya memiliki 240 anak. Anak Nabi Adam yang namanya memang tercatat dalam Al-Qur’an ialah Qabil dan Habil. Satu riwayat mengisahkan bahwa Qabil dan saudari kembarnya, Labuda, adalah anak pertama, sedangkan Habil dan Iqlima lahir setelahnya. Qabil dan Habil merupakan dua putra keturunan Nabi Adam Dan Hawa. Meskipun berasal dari ayah dan ibu yang sama, keduanya memiliki sifat yang berbeda, terutama dalam hal kesalehan kepada Allah SWT.

Suatu Hari memerintahkan Nabi Adam untuk menikahkan putra-putrinya tersebut.

Pernikahan Qabil dan Habil dengan masing-masing saudara perempuan mereka, dilakukan secara bersilang. Dalam hal ini, Qabil akan menikah dengan saudari kembar Habil, yaitu Labuda dan Habil akan menikahi Iqlima.

Terkait perjodohan tersebut, Qabil tidak bisa menerimanya. Ia lebih ingin bersama saudari kembarnya sendiri karena parasnya yang lebih rupawan daripada Labuda. Bahkan, tatkala mengutarakan penolakannya, Qabil tak segan melontarkan kata-kata yang kurang pantas kepada ayahnya.

“Saya lebih berhak untuk Iqlima dan Habil pun lebih berhak dengan saudari perempuan sekandungnya. Ketentuan ini sebenarnya bukan dari Allah, melainkan hanya akal-akalanmu (Adam) saja!” (Al-Razi, Mafatih al-Ghaib, juz 11, hal. 204).

Nabi Adam AS sangat bingung dalam menyikapi hal tersebut. Sekalipun aturan tersebut merupakan ketentuan dari Allah, di saat yang sama, ia juga tak ingin bertindak dengan cara memaksa anak-anaknya agar menerima pasangan masing-masing.

Akhirnya, sebagai jalan tengah, Nabi Adam pun menyuruh kedua putranya untuk berkurban.

“Nabi Adam berkata, ‘(Lakukankalah) dengan kurban. Siapa saja yang kurbannya diterima (oleh Allah), dia lebih berhak untuk mendapatkan yang baik (Iqlima)’.” (Al-Qurthubi, 2003 M: VI/134).

Setelah diperintahkan oleh sang ayah untuk melakukan kurban, Qabil dan Habil setuju untuk melakukannya. Praktik kurban Qabil dan Habil ini pun menjadi yang pertama yang dilakukan oleh manusia.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili menceritakan bahwa Qabil memilih hasil panennya yang paling jelek sebagai kurban persembahan. Bahkan, saat hendak mempersembahkannya, si putra sulung masih sempat mengambil dan memakan hasil panen yang terlihat bagus.

Lain halnya dengan Habil, ia memilih jadza’ah samiinah (anak hewan ternak) dengan sangat hati-hati. Dirinya memastikan bahwa hewan ternak yang dipilihnya adalah yang terbaik dari yang terbaik. Ia bahkan sempat khawatir jika masih ada kambing yang lebih baik daripada yang sudah ia pilih.

Setelah kurban dari kedua putranya dipersembahkan, Nabi Adam pun berdoa kepada Allah SWT untuk memilih pengorbanan siapa yang hendak Ia terima. Syekh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib mengungkapkan bahwa kurban yang Allah terima akan disambar api dari langit. Mayoritas ahli tafsir pun juga berpendapat sedemikian.

Di antara persembahan yang ada, api dari langit pun menyambar kurban anak kambing dari Habil. Allah menerima persembahan dari putra kedua Nabi Adam tersebut karena dirinya melaksanakan praktik kurban dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Tidak seperti Qabil yang sengaja memberikan hasil panen paling buruknya, seolah meremehkan perintah kurban dari sang ayah.

Hal ini membuat Qabil tidak terima dengan ketetapan Allah SWT. Ia merasa iri karena kurban adiknya yang diterima oleh Allah. Dalam amarahnya, Qabil mengancam membunuh adiknya sendiri.

“Apakah engkau akan berjalan dengan bangga di bumi ini dan orang-orang akan mengira bahwa engkau lebih baik dari diriku? Sungguh aku akan membunuhmu.”

Habil lantas membalas, “Kenapa engkau akan membunuhku sedangkan tidak ada yang salah bagiku ketika Allah menerima kurbanku? Sungguh, Allah menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”

(Al-Qurthubi, 2003 M: VI/134).

 Ada riwayat yang menyebutkan bahwa peristiwa pembunuhan Habil oleh Qabi itu tidak terjadi tepat setelah dilangsungkannya proses persembahan kurban, Melainkan saat Nabi Adam melakukan ibadah Haji ke Baitullah Al-Haram seperti yang di jelaskan Syekh Abdul Haq bin ‘Athiyah al-Andalusi dalam kitab tafsirnya.

Qabil menfaatkan perginya sang Ayah untuk melancarkan rencana jahatnya. Satu riwayat menyebutkan, Qabil menghabisi nyawa Habil dengan melemparkan batu ke kepala adiknya saat tertidur. Riwayat lain mencatat, Habil mati di tangan Qabil dengan cara dicekik dan digigit.

Meninggalnya Habil lantaran perbuatan kakaknya sendiri, menjadi kasus pembunuhan pertama yang terjadi di muka bumi. Beberapa ulama berpendapat, lokasi pembunuhan Habil terjadi di sebuah gua bernama Gua Dam yang terletak di kawasan pegunungan Qasiun wilayah utara Damaskus.

Setelah berhasil merenggut nyawa saudaranya, Qabil tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan tubuh Habil. Jasad adiknya itu lantas terus ia gotong selama kurang lebih satu tahun hingga akhirnya Allah SWT mendatangkannya dua ekor gagak.

Kedua burung tersebut bertarung hingga salah satu di antara mereka mati. Burung gagak yang masih hidup pun mengais-ngais tanah sampai terbentuk lubang. Ke dalam lubang tersebut, ia kubur gagak yang sudah mati. Dari situ, Qabil pun belajar tentang cara menguburkan jenazah sang adik.

Mendengar kabar bahwa salah satu putranya telah meninggal, Nabi Adam pun begitu sedih. Namun, Allah menghapus laranya dengan menganugerahkan Nabi Adam dan Hawa seorang putra yang lahir tanpa saudara kembar bernama Syits—artinya ‘karunia dari Allah’.

Dikisahkan bahwa Syits lahir sebagai pengganti Habil dan memiliki akhlak baik layaknya Habil pula. Kelak, Allah mengutusnya menjadi nabi kedua setelah kematian Nabi Adam.

Apakah Qabil Kelak Masuk Surga?

Seperti yang kita ketahui dari penjelasan sebelumnya, Qabil adalah manusia yang pertama kali membunuh sesamanya. Ini berarti, dirinya secara tidak langsung telah mempelopori dan memberi contoh kepada generasi berikutnya terkait perbuatan tersebut.

Alhasil, bagi setiap kejahatan karena pembunuhan yang terjadi di muka bumi ini, maka dosanya akan ditanggung oleh putra sulung Nabi Adam tersebut. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Tidaklah setiap jiwa yang dibunuh secara zalim, melainkan anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung dosa pembunuhan tersebut karena dialah yang pertama kali melakukan pembunuhan.” (HR. Bukhari dan Muslim, sahih).

Karena dosa yang akan terus mengalir kepadanya hingga kedatangan hari kiamat, Qabil, sekalipun merupakan putra dari seorang nabi, kelak menjadi salah satu penghuni neraka dan akan mendapat siksa akibat perbuatannya. Wallahu a’lam bishawab.

Itulah kisah pembunuhan pertama di muka bumi Hikmah Dari kisah ini ialah,

  1. Tentang ketaatan kepada orang tua. Dalam kisah di atas, Habil menuruti keinginan Nabi Adam tanpa protes dan bertanya alasannya. Sikap Habil tersebut merupakan representasi dan manifestasi dari perintah berbuat baik kepada orang tua. Perintah berbuat baik kepada orang tua dalam Al-Quran sangat banyak dan mencakup hal apa pun, kecuali kemaksiatan. Dalam arti, ketika orang tua menyuruh kepada kemaksiatan maka anak tidak wajib menaati perintahnya.
  2. Orang tua di dalam memutuskan apa pun terkait anak-anaknya harus adil dan bijak. Tidak boleh dengan cara memaksa. Ketika Qabil tidak setuju, Nabi Adam tidak langsung memarahi Qabil, tetapi mengajaknya berdiskusi dan menjelaskannya secara seksama–meksipun pada akhirnya Qabil tetap kekeh. Jadi, menasehati anak dengan baik dan memperlakukan anak dengan adil dan bijak merupakan tanggung jawab orang tua. Komunikasi yang aktif amat penting dalam keluarga, baik terhadap pasangan maupun anak-anak.
  3. Bahaya sifat dengki dan iri (hasd). Menurut Imam al-Ghazali, hasud adalah tidak menyukai kenikmatan yang dimiliki orang lain dan berharap kenikmatan tersebut hilang darinya. Banyak faktor yang dapat mendorong timbulnya sifat hasud, di antaranya adalah permusuhan, sombong, berbangga diri, dan lain sebagainya.
  4. Sedekah mesti dengan yang terbaik. Kisah persembahan Qabil dan Habil di atas memberikan ibrah kepada kita bahwa sedekah harus dengan sesuatu yang kualitasnya terbaik. Dengan begitu, sedekah bisa diterima dan lebih bermakna. Jika hanya memberikan yang jelek-jelek atau yang sudah tidak dibutuhkan lagi, tidak bisa disebut sebagai sedekah yang bernilai ibadah, meskipun tetap baik.

Bagikan ke Temanmu

Postingan populer

  • All Post
  • Kesehatan
  • Lainnya
  • Lifestyle
  • Lingkungan Alam
  • Pendidikan
  • Program
  • Psikologi
  • Serba Serbi Dunia Islam
  • Teknologi
    •   Back
    • Dzikir & Doa bersama
    • Bimbingan Belajar
    • Santunan Yatim
    • Wakaf
    • Saras Lansia
    • Kegiatan Ramadhan
    • Qurban
    • Khitan Massal
    •   Back
    • Kisah Inspirasi

Kategori

Informasi: semua dana donasi yang terhimpun di Yayasan Lazuardi murni disalurkan untuk kepentingan sosial, dan BUKAN untuk tujuan pencucian uang, terorisme, maupun tindak kejahatan lainnya.

Ikuti kami

Copyright © 2024 Yayasanlazuardi Indonesia. All Rights Reserved