
Tanpa kita sadari sering kali Allah Sebenarnya selalu membantu kita dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi kepada kita, Bahkan kadang sebelum masalah itu datang kepada kita Allah selalu menolong kita,Allah selalu membantu kita, Menyelamatkan kita,sehingga ketika masalah itu datang kepada kita Allah membentengi dengan sholat yang kita kerjakan sebelumnya.
Seperti yang tertulis di dalam surat Ar-Rahman ayat 29 :
“Setiap hari Allah sibuk mengangkat masalah hambanya,ada yang di angkat masalahnya setelah hambanya itu merasakan masalahnya sehari , dua hari , sebulan , setahun.ada yang di angkat masalahnya sebelum hamba itu merasakan masalah itu sendiri”
Begitu sering Allah itu menghindarkan kita dari masalah,dari kecelakaan,menghindarkan kita dari musibah,dari menghindarkan kita dari penyakit, menghindaekan kita dari sakit,dan Allah yang memelihara baik di bumi maupun di langit,,,,
Di dalam surat Al Baqarah Ayat 45:
“Wahai orang- orang yang beriman mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat”
Maka dari itu kita harus merasa butuh kepada Allah, Sehingga ketika kita mengalami masalah seharusnya dengan sholat itu mampu menjadi pemecah masalah-masalah kita , Karena segala kebaikan berada di sisi Allah.
Ada sebuah Kisah teladan dari generasi Tabi’in yang bernama Urwah bin zubair yang mana beliau menjadikan sholat sebagai obat bius saat di amputasi.
Suatu ketika di zaman khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, khalifah ke-6 Bani Umayyah, Allah menguji Urwah dengan cobaan yang tak seorang pun mampu melewatinya, kecuali hatinya telah penuh keimanan dan keyakinan.
Waktu itu Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik mengundang Urwah ke Damaskus untuk menemuinya. Urwah memenuhi undangan tersebut dan mengajak putra tertuanya.
Khalifah pun menyambut Urwah bin Zubair dengan hangat. Namun saat di sana, Allah berkhendak lain. Ketika putra Urwah memasuki kendang kuda Walid untuk bermain dengan kuda-kuda yang ada di sana, salah satu kuda menendang putra Urwah hingga meninggal seketika.
Belum berakhir kesedihan Urwah bin Zubair atas kepergian anaknya, salah satu kakinya terkena penyakit ganas seperti tumor yang dapat menjalar ke seluruh tubuhnya.
Karena hal itu, Khalifah memanggil para dokter yang terbaik untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh Urwah, tetapi para dokter sepakat bahwa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya selain dengan mengamputasi kaki Urwah, sebelum penyakit itu menjalar ke seluruh tubuh. Saat itu tidak ada lagi alasan untuk menolaknya.
Ketika dokter bedah datang membawa segala peralatan untuk mengamputasi kakinya, dokter tersebut berkata pada urwah, “Menurutku engkau harus meminum sesuatu yang memabukkan supaya tidak merasa sakit ketika kaki dipotong.”
Urwah menolak, “Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak akan menggunakan sesuatu yang haram terhadap kesembuhan yang aku harapkan”. Dokter itu berkata lagi, “Kalau begitu, aku akan membiusmu.”
Urwah berkata “Aku tidak ingin kalau ada satu dari anggota tubuhku yang diambil, sedangkan aku tidak merasakan sakitnya. Aku hanya mengharap pahala di sisi Allah atas hal ini.”
Ketika proses pembedahan hendak dimulai, datanglah beberapa orang kepada Urwah. Urwah berkata “Untuk apa mereka datang?”.
Ada yang menjawab “Mereka didatangkan untuk memegangmu, barangkali engkau merasakan sakit yang amat sangat, lalu menarik kaki dan akhirnya akan membahayakan dirimu sendiri.
Urwah bin zubair memilih melakukan Sholat ketika para dokter mengamputasinya.
“Jika memang tak ada cara lain, maka baiklah, aku akan Sholat, dan silakan tuan-tuan mengamputasi kakiku ketika itu.”
Mereka memotong kakinya pada bagian lutut, sedangkan Urwah diam dan
tak merintih sedikitpun ketika itu. Beliau benar-benar tersibukkan
oleh salatnya sampai-sampai gesekan-gesekan gerigi gergaji itu seakan
tak terasa baginya.
Ketika itulah, Urwah pingsan sekian lama dan menghalanginya untuk membaca Alquran pada hari itu.
Kemudian waktu siuman beliau membaca Surat al-Kahfi ayat 62, “Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.”
Saat hasil potongan kaki itu dipegang sang dokter beliau meminta untuk memegangnya sembari berkata, “Demi Allah yang telah membawaku denganmu, sesungguhnya Dia mengetahui bahwa aku tidak pernah membawamu berjalan kepada keharaman.”
Sikap Urwah ini menunjukkan betapa tingginya kesabaran beliau dalam menerima takdir Allah. Mendapat musibah bertubi-tubi, bukan mengeluh malah memuji Allah. Ujian yang menimpa beliau, tidak sebanding dengan nikmat yang begitu banyak yang telah dianugerahkan Allah kepada beliau.