Di era digital yang serba cepat ini, media sosial telah bertransformasi dari sekadar alat komunikasi menjadi sebuah ekosistem sosial yang kompleks, di mana milyaran orang berinteraksi, berbagi, dan membentuk opini. Kehadirannya telah membawa banyak kemudahan, mulai dari menjalin silaturahmi yang terputus, menyebarkan ilmu pengetahuan, hingga membantu sesama dalam kampanye sosial. Namun, kemudahan akses ini sering kali membuat kita lupa akan pentingnya adab dan etika dalam setiap interaksi.
5 Etika berinteraksi dalam Islam

Dalam ajaran Islam, setiap tindakan—termasuk di dunia maya—memiliki pedoman yang jelas agar membawa maslahat (kebaikan), bukan mafsadat (kerusakan). Oleh karena itu, kita perlu menjadikan media sosial sebagai cermin akhlak, bukan sekadar ruang tanpa batas. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang harus kita pegang teguh sebagai panduan dalam bersikap.
1. Menjaga Lisan (Menulis) dan Berbicara Baik
Prinsip pertama yang sangat fundamental dalam Islam adalah menjaga lisan. Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam percakapan tatap muka, tetapi juga secara krusial saat kita mengetik di media sosial. Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian, setiap tulisan, komentar, atau status yang kita buat haruslah dipertimbangkan masak-masak. Hindari kata-kata kotor, provokatif, atau ujaran kebencian yang bisa menyakiti hati orang lain. Sebaliknya, gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan, inspirasi, dan ilmu yang bermanfaat. Jika memang tidak ada hal baik yang bisa disampaikan, memilih untuk diam jauh lebih baik.
Baca juga: Merajut Ukhuwah di Era Digital
2. Menghindari Ghibah dan Fitnah
Setelah menjaga lisan, kita juga perlu berhati-hati agar tidak terjerumus pada perbuatan ghibah (menggunjing) dan fitnah. Media sosial sering kali menjadi tempat yang subur bagi keduanya, entah melalui gosip, menyebarkan aib orang lain, atau membeberkan keburukan yang belum tentu benar. Allah SWT secara tegas berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain.”
Oleh karena itu, hindari menyebarkan informasi negatif tentang orang lain. Ingatlah, perbuatan ini bisa merusak persaudaraan dan menciptakan permusuhan.
3. Menghindari Prasangka dan Tabayyun (Verifikasi)
Menyambung dari poin sebelumnya, sikap kita terhadap informasi yang beredar juga sangat penting. Media sosial dipenuhi dengan berbagai berita dan konten yang belum tentu akurat. Tanpa disadari, kita bisa langsung percaya dan menyebarkannya, padahal bisa jadi itu adalah hoaks. Islam mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dan melakukan tabayyun (verifikasi).
Surat Al-Hujurat ayat 6 mengingatkan, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan, sehingga kalian menjadi orang-orang yang menyesal atas perbuatan kalian itu.”
Biasakan untuk selalu memeriksa sumber dan kebenaran sebuah informasi sebelum membagikannya agar kita tidak menjadi bagian dari penyebar kebohongan.
4. Menjaga Batasan Aurat dan Privasi
Selain menjaga lisan dan informasi, etika di media sosial juga mencakup batasan pribadi. Meskipun platform ini memberi kita kebebasan untuk berekspresi, kita harus tetap menjaga aurat dan privasi. Dalam Islam, menjaga aurat adalah kewajiban bagi laki-laki dan perempuan.
Hindari memposting foto atau video yang mengekspos aurat, sebab hal itu bisa mendatangkan mudarat (bahaya) baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya, hormati privasi orang lain dengan tidak mengunggah foto atau video mereka tanpa izin, terutama jika hal itu dapat mempermalukan. Demikian pula, menjaga privasi diri sendiri juga penting, jangan terlalu sering mengumbar detail kehidupan pribadi yang bisa mengundang bahaya atau menimbulkan riya (pamer).
5. Menggunakan Media Sosial untuk Kebaikan
Pada akhirnya, semua adab dan etika yang disebutkan di atas bertujuan agar media sosial dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat dan positif. Jadikanlah platform ini sebagai ladang amal, bukan tempat untuk menebar kebencian atau dosa. Gunakanlah media sosial untuk berdakwah, berbagi ilmu, membantu sesama, dan menyebarkan inspirasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita bisa menjadikan media sosial sebagai alat yang berkah, bukan sebaliknya.